WARISAN UNTUK ANAK
Oleh: Fariq Gasim Anuz
Pada hari pengangkatan Al Manshur sebagai khalifah, Muqatil bin Sulaiman datang dan menghadapnya di istana. Al Manshur berkata kepada Muqatil, “Berilah aku nasehat, wahai Muqatil”.
Muqatil memberikan pilihan, “Nasehat dari apa yang aku dengar atau yang aku lihat?”
Al Manshur menjawab, “Dari yang engkau lihat.”
Muqatil berkata, “Wahai Amirul Mukminin, Umar bin Abdul Aziz memiliki sebelas anak. Ketika wafat, beliau meninggalkan uang delapan belas dinar. Untuk membayar kain kafan lima dinar dan untuk tanah liang kuburnya empat dinar. Sisanya sembilan dinar diwariskan kepada ahli warisnya.
Hisyam bin Abdul Malik, memiliki sebelas anak. Ketika beliau wafat, warisan yang diperoleh oleh masing-masing anaknya satu juta dinar. Demi Allah, wahai Amirul Mukminin, pada suatu hari aku melihat salah seorang anak Umar bin Abdul Aziz bersedekah seratus ekor kuda untuk keperluan jihad fi sabilillah.
Dan pada hari yang sama, aku melihat salah seorang anak Hisyam bin Abdul Malik sedang meminta-minta di pasar. ”
Orang-orang bertanya kepada Umar bin Abdul Aziz menjelang wafatnya, " Apa yang engkau tinggalkan untuk anak-anakmu?"
Beliau menjawab, "Aku tinggalkan untuk mereka takwa kepada Allah. Jika mereka menjadi orang-orang yang shaleh maka Allah yang akan mengurus mereka, jika tidak menjadi orang-orang yang shaleh maka aku tidak akan menolong mereka untuk bermaksiat kepada Allah. "
Seorang tetangga menceritakan kisah di atas ketika penyusun berjumpa dengannya di sebuah Masjid. Beberapa hari kemudian penyusun berjumpa Doktor Muhammad Majdu' di masjid yang lain. Penyusun menceritakan lagi kisah di atas dan meminta beliau memberikan faidah.
Berikut ini beberapa faidah dari beliau:
Pertama, takwa kepada Allah adalah sebaik-baik warisan orang tua untuk anaknya.
Allah berfirman yang artinya, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka kuatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Surat An Nisaa 9).
Kedua, meskipun seseorang telah memiliki kedudukan yang tinggi hendaknya selalu meminta nasehat dari ulama yang shaleh.
Ketiga, nasehat praktis lebih berkesan di hati dibandingkan nasehat secara teoritis.
Keempat, keshalehan orang tua menjadi penyebab anak-anaknya mendapatkan perlindungan dari Allah. " …dan ayah mereka berdua seorang yang shaleh. …" (Surat Al Kahfi 82)
Kelima, keteladanan orang tua sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian yang baik bagi anak.
Keenam, pentingnya sikap bijaksana dalam memberikan nasehat kepada manusia.
Ketujuh, memberikan contoh yang tepat sesuai dengan keadaan orang yang dinasehati.
Kedelapan, kita ikut berdosa jika kita memberikan uang kepada seseorang dan kita tahu kemungkinan besar uang tersebut akan digunakan untuk maksiat kepada Allah.
Kesembilan, anak-anak merupakan amanat, kewajiban kita mendidik mereka dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,…" (Surat At Tahrim 6)
Akhirnya kami berdoa, "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami sebagai teladan bagi orang-orang yang bertakwa." (Surat Al Furqaan 74)
[[http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/11/28/mwy3y6-warisan-untuk-anak]]